Home Headline News Pemilihan Rektor Unila, Mas Menteri Jangan Salah Pilih Lagi

Pemilihan Rektor Unila, Mas Menteri Jangan Salah Pilih Lagi

Hasil Pemilihan dan Penetapan Calon Rektor Unila, Kamis 22 Desember 2022. Prof Suharso meraih suara terbanyak yakni 21 suara, disusul Prof Asep Sukohar dengan 10 suara dan Prof Lusmeilia Afriani dengan 7 suara.

TARGET.ID – Jangan sampai Mendikbudristek salah pilih lagi. Harapan ini menyeruak menjelang Pemilihan Rektor Universitas Lampung (Unila) yang jika tidak ada halangan akan digelar di Rektorat Unila, Kota Bandar Lampung, Rabu 28 Desember 2022.

Salah pilih yang dimaksud adalah Menteri tidak menyalurkan kewenangan suara secara demokratis.

Menteri malah memberi limpahan suara sepenuhnya kepada calon yang meraih suara senat urutan kedua.

Itu terjadi pada Pemilihan Rektor Unila 17 Oktober 2019.

Belakangan terbukti, pilihan Menteri tersebut ternyata bermasalah. Prof Aom Karomani, calon yang dipilih oleh menteri, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 20 Agustus 2022.

Para Pemilihan Rektor Unila 28 Desember 2022 ini, ada tiga Calon Rektor yang akan dipilih. Mereka adalah:

Prof Ir Suharso SSi PhD

– Prof Dr dr Asep Sukohar SKed MKes

– Prof Dr Ir Lusmeilia Afriani DEA IPM

(Ketiga calon itu meraih suara suara terbanyak dari proses Pemilihan Calon Rektor Unila yang diikuti 8 Bakal Calon Rektor, yang digelar pada Kamis 22 Desember 2022 lalu).

Pada Pemilihan Rektor 28 Desember 2022 ini, sebanyak 47 anggota Senat Unila kembali akan menyalurkan suara ditambah suara Mendikbudristek.

Suara Senat sebanyak 65 persen hak suara, sedangkan suara Menteri 35 persen. Jika dikonversi, suara satu anggota Senat sebanding dengan 1,38 persen.

Banyak pihak yang berharap kali ini Menteri tidak salah pilih. Pertimbangan utamanya adalah suasana kebatinan Senat Unila pada proses Pemilihan Calon Rektor 22 Desember lalu.

Saat itu, pemilihan dilakukan oleh 47 anggota Senat dengan diikuti 8 Bakal Calon Rektor. Prof Suharso meraih suara tertinggi (21 suara), disusul Prof Asep (10 suara), dan Prof Lusmeilia (7 suara).

Jika ditilik dari perolehan suara ketiga calon rektor tersebut, suara Prof Suharso jauh di atas kedua calon lainnya, yakni dua kali lipat dari suara Prorf Asep dan tiga kali lipat dari suara Prof Lusmeilia.

Akan menjadi pilihan yang aneh jika Menteri melimpahkan suara 35 persen ke calon dengan perolehan suara terbanyak kedua (Prof Asep).

Selisih suara Prof Suharso dan Prof Asep sangat besar, yakni 11 suara.

Ini berbeda dengan Pemilihan Rektor Unila 17 Oktober 2019 lalu, yakni saat Mas Menteri memilih Prof Karomani. Selisih suara antara Prof Bujang dengan Prof Karomani hanya 5 suara.

Dan, akan lebih aneh lagi jika Menteri melimpahkan 35 suara kepada calon peraih suara terbanyak ketiga (Prof Lusmeilia).

Selisih suara Prof Suharso dan Prof Lusmeilia jauh lebih besar lagi, yakni 14 suara.

SUASANA KEBATINAN

Tak dapat dipungkiri, prosesi Pemilihan Rektor Unila 2022 yang dipercepat ini, berada dalam suasana kebatinan yang sangat erat kaitannya dengan tertangkapnya Rektor Prof Karomani oleh KPK.

Ada rasa kesal, gregetan, dan juga kecewa atas perbuatan Rektor Prof Karomani dan gengnya. Lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi ujung tombak antikorupsi, justru tercoreng oleh perbuatan pejabat tertinggi rektorat.

Karena itu, hasil Pemilihan Calon Rektor Unila pada 22 Desember 2022 sesungguhnya mencerminkan suasana kebatinan Unila yang disuarakan oleh para  anggota Senat.

Perolehan suara Prof Suharso yang jauh di atas tujuh bakal calon lainnya, bahkan juga jauh di atas perolehan suara dua calon lain yang terpilih sebagai Calon Rektor, memperlihatkan semangat Unila untuk menegakkan kembali muruah atau marwah-nya.

Tidak perlu diperjelas lagi kenapa dalam suasana kebatinan seperti itu Prof Suharso yang paling banyak didukung oleh anggota Senat.

Dan, tidak perlu pula dijlentrehkan lagi apakah ada di antara tiga calon yang keberadaannya bertentangan dengan suasana kebatinan Unila itu. Bisa saja KPK yang nanti memperjelasnya.

Seharusnya Menteri tidak mengabaikan hal tersebut. Mas Menteri jangan sampai salah pilih lagi.(*)