Home Lifestyle Dokter Ini Beri Tips Hindari Anak Jadi Pelaku Bullying, Orangtua Harus Baca

Dokter Ini Beri Tips Hindari Anak Jadi Pelaku Bullying, Orangtua Harus Baca

Tidak hanya menghidarkan anak-anak supaya tidak jadi korban bullying atau perundungan, namun orangtua juga harus bisa membuat buah hatinya tidak menjadi pelaku bullying. (*)

KLIKTARGET.ID – Tidak hanya menghidarkan anak-anak supaya tidak jadi korban bullying atau perundungan, namun orangtua juga harus bisa membuat buah hatinya tidak menjadi pelaku bullying.

Menurut Dokter Spesialis Anak RS Murni Teguh Sudirman Jakarta, dr. Citra Amelinda, orangtua harus menjauhkan anak dari perilaku bullying sejak dini. Seperti dengan memberikan pendampingan kepada anak sejak usianya masih menginjak tiga tahun.

Pada usia tersebut, menurut dr. Citra, anak belum mengetahui sepenuhnya kekuatan dalam dirinya.

“Keakuannya itu memang masih kuat sekali. Jadi, semua yang ia mau, itu punyanya, dipegang orang lain pun, itu punya anak kalau ia mau,” ungkapnya dalam penjelasan resminya yang dikutip pada Sabtu (23/7/2022).

Memberi pemahaman ke anak

Egosentris yang masih tinggi pada usia tiga tahun menurut dr. Citra disebabkan ketidaktahuan anak terhadap theory of mind. Artinya kemampuan manusia untuk memahami maksud niat orang lain. Teori tersebut juga mengajari pentingnya memahami pikiran orang lain, termasuk harapan, ketakutan, dan keyakinan.

“Karena dari bayi ‘kan gitu (kemauannya dituruti orangtua). Jadi apa pun yang anak butuh orangtua pasti tahu, termasuk milik orang lain,” ujarnya.

Ia lantas menjelaskan bahwa anak mulai sadar tentang dirinya setelah mereka melewati usia tiga tahun. Namun, orangtua tetap diminta untuk memberi pemahaman kepada anak bahwa apa pun yang diinginkan meski milik orang lain, tidak akan diberikan.

Anak perlu terus didampingi

dr. Citra mengutarakan bahwa pendampingan orangtua secara fisik dibutuhkan ketika anaknya berada di bawah usia tiga tahun. Tujuannya supaya anak tidak berlaku seenaknya terhadap orang lain, khususnya teman sebayanya ketika berinteraksi.

Karena anak bisa saja melakukan aksi fisik yang menyakiti terhadap teman sebayanya, dengan cara menjitak atau mendorong. “Anak harus tetap didampingi karena belum tahu kekuatan fisiknya,” terang dr. Citra

Di sisi lain, ia juga menyarankan orangtua supaya memberikan waktu bagi anak untuk menyalurkan energinya selama tiga jam. Dengan begitu si kecil memiliki cukup kesempatan untuk mencurahkan semua energi yang dimiliki.

“Kalau dalam tiga jam tidak terpenuhi, mereka agresif karena energi mereka tidak keluar,” imbuh dr. Citra.

“Jadi anak masih perlu didampingi sembari dipastikan kebutuhan bergeraknya terpenuhi,” sambungnya.

Orangtua perlu memberikan contoh

Dokter Citra punya tips lain yang bisa diikuti orangtua supaya anaknya tidak menjadi pelaku bullying.

Caranya adalah menjauhkan anak dari orang-orang yang suka merundung, misalnya di dalam lingkup keluarga atau tetangga. Kalau pun anak ingin bermain dengan tetangga yang ternyata suka mem-bully, ia menyarankan si buah hati dijauhkan.

“Kita harus bener-bener nge-protect lingkungan anak kita. Jangan di bawa ke sana (tetangga yang suka nge-bully) karena akan terpengaruh,” ujar dr. Citra. “Karena anak tumbuh dan dibesarkan melalui lingkungan,” pungkasnya. (*)