KLIKTARGET.ID – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset da Teknologi (Kemendikbudristek) akan mulai menerapkan kurikulum Merdeka, sebagai opsi tambahan dalam rangka pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Lantas apa itu Kurikulum Merdeka.
Dilansir dari berbagai sumber, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Dalam Kurikulum Merdeka atau Merdeka Belajar, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Perubahan kurikulum secara nasional menggunakan Kurikulum Merdeka baru akan terjadi pada 2024. Ketika itu, Kurikulum Merdeka sudah melalui iterasi perbaikan selama 3 tahun di beragam sekolah/madrasah dan daerah. Pada tahun 2024 akan ada cukup banyak sekolah/madrasah di tiap daerah yang sudah mempelajari Kurikulum Merdeka dan nantinya bisa menjadi mitra belajar bagi sekolah/madrasah lain.
Lantas, seperti apa konsep Kurikulum Merdeka?
Konsep Kurikulum Merdeka Konsep Kurikulum Merdeka atau karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah: Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila.
Lalu Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Konsep Kurikulum Merdeka PAUD
Sementara itu, konsep Kurikulum Merdeka PAUD atau karakteristik utama Kurikulum Merdeka di satuan PAUD di antaranya sebagai berikut. Pertama menguatkan kegiatan bermain yang bermakna sebagai proses belajar. Kemudian menguatkan relevansi PAUD sebagai fase fondasi (bagian penting dari pengembangan karakter dan kemampuan anak serta kesiapan anak bersekolah di jenjang selanjutnya). Lalu menguatkan kecintaan pada dunia literasi dan numerasi sejak dini. (red)