Home Headline News Banjir Jadi Ujian Pertama Mirza-Jihan Pimpin Lampung, Rakyat Menunggu Terobosan

Banjir Jadi Ujian Pertama Mirza-Jihan Pimpin Lampung, Rakyat Menunggu Terobosan

Gubernur Lampung Rahmat Mirza Djausal mengunjungi warga korban banjir di Kota Bandar Lampung. Sabtu 1 Maret 2025.

*OPINI

TARGET.ID – Kepemimpinan Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung mendapat ujian pertama. Yakni, banjir yang melanda berbagai lokasi di Bandar Lampung, Pesawaran, Lampung Selatan, dan daerah lainnya.

Mirza belum duduk tenang di kursi Gubernur ketika musibah banjir ini menjadi duka bagi warga Lampung. Bahkan, ketika Mirza masih mengikuti retreat kepala daerah di Magelang, banjir sudah datang menerjang.

Di Bandar Lampung, banjir tak hanya datang sekali, tapi sampai tiga kali selama Februari 2025. Tragisnya, ada kawasan yang bahkan kebanjiran dua kali dalam sehari. Ada kawasan yang sebelumnya tak pernah banjir, kini terendam hingga setinggi lulut.

Yang sudah kita lihat di pemberitaan dan media sosial adalah kunjungan Wagub Jihan ke sejumlah lokasi dan memberikan bantuan. Mirza yang baru pulang dari kegiatan retreat juga susah mengunjungi warga yang terdampak dan memberi bantuan.

Kini rakyat Lampung menunggu, apa terobosan yang dilakukan Mirza-Jihan untuk melindungi rakyat dari terjangan banjir? Rakyat sudah selayaknya menaruh harapan besar kepada mereka, sebagai pemimpin baru, dan tentunya dengan visi-misi yang baru.

Rakyat sudah bosan dengan para pemimpin yang hanya omon-omon setiap kali terjadi banjir. Normalisasi sungai, perbaikan drainase, peninggian talud hanya omon-omon karena tahun berikutnya banjir tetap saja melanda. Kita sudah merencanakan ini-itu, katanya, tapi tetap saja banjir menerjang.

Pastilah rapat koordinasi sudah sering dilakukan, pastilah sudah ada beberapa tindakan yang dilakukan. Tapi, itu tidak menghilangkan rasa cemas warga setiap kali turun hujan. Yang dibutuhkan rakyat sekarang ini adalah hasil nyata, bukan rencana nyata.

Jika saja Mirza-Jihan ingin benar-benar membuktikan diri sebagai pemimpin baru yang tidak biasa-biasa saja, maka inilah momennya.

Mirza-Jihan tentu bisa mengkoordinasikan Pemkot Bandar Lampung, Pemkab Pesawaran, dan Pemkab Lampung Selatan dalam satu kesatuan gerak. Bukan semata untuk menangani banjir (yang berarti sudah terjadi), tapi untuk mencegah banjir (yang berarti tidak akan terjadi lagi).

Kerja sama lintas wilayah mutlak dilakukan. Ini karena aliran sungai di Bandar Lampung, Pesawaran, dan Lampung Selatan saling terkait. Normalisasi sungai di Kali Balau, misalnya, tidak akan ada gunanya jika tidak dilakukan hal yang sama di aliran sungai yang tersambung dengannya.

Warga di Nunyai, Rajabasa, setiap tahun menderita akibat luapan air dari sungai di sekitarnya. Bisa dua atau tiga kali setahun terendam. Pengerukan sungai hingga peninggian talud bisa mencegah banjir, tapi tidak akan ada gunanya jika sungai yang merupakan sambungannya di Hajimena tidak dilakukan hal yang sama.

Jadi, memang perlu langkah terobosan dari Gubernur Mirza bersama kepala daerah terkait untuk secara bersama-sama melakukan langkah pencegahan.

Sebenarnya, Gubernur dan kepala daerah bisa merumuskan langkah-langkah itu dengan mengacu pada hasil studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Universitas Lampung, misalnya, sudah menurunkan tim ke lapangan untuk mengidentifikasi masalah dan penanganannya. Hasilnya akan menjadi masukan bagi pemprov dan pemkot.

Kita menunggu terobosan yang akan dilakukan Mirza-Jihan. Sekali lagi, inilah momen yang tepat untuk pembuktian diri bahwa perolehan suara pemilih yang di atas 80 persen bukanlah hal yang biasa-biasa saja.

Semoga di penghujung tahun ini dan awal tahun depan warga Lampung tidak waswas lagi terhadap banjir. Bahkan, harapan besarnya adalah seperti dikatakan Mirza ketika menyambangi warga korban banjir: kali ini banjir air, nantinya banjir rezeki.**